Kamis, 23 April 2009

Lebih cepat, lebih baik…

Perusahaan membutuhkan perubahan manajemen, karena perusahaan itu berada pada lingkungan yang juga berubah dan perubahan itu memberikan tekanan yang bergulir terus menerus atau pressure for change. menurut Alvin Toffler, seorang futurist, mengatakan, "Change is not merely necessary for life, it is life" (Perubahan itu tidak harus, yang penting untuk hidup, melainkan hidup itu sendiri).
Selama orang atau perusahaan ataupun negara itu hidup selalu mengalami perubahan, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan., terjadinya suatu perubahan bisa didorong dari banyak hal, seperti regulasi per undang undangan, teknologi, kompetisi, pergerakan nilai pasar, pergantian manajemen atau kebijakan baru, tekanan efisiensi biaya terutama biaya produksi, keinginan untuk tumbuh secara dramatis dan lain sebagainya.
"Perubahan tidak seharusnya diiakukan secara reaksioner, melainkan harus diprogram. Dan perubahan dijadikan sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan secara menyeluruh tapi bertahap,"
Setidaknya ada 4 (empat) faktor dari obyek perubahan, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia (HRD) & organisasi,
2. Budaya koorporasi,
3. Proses produksi atau bisnis dan
4. Teknologi Informasi (Tl).
Ada 3 ( tiga ) faktor yang mempengaruhi secara umum :
1. HRD & organisasi.
2. Teknologi Informasi (TI) dan bisnis serta proses.produksi .
3. Budaya kerja ,nilai semangat yang mengikat di dalam perusahaan.
Perubahan lingkungan bisnis sulit diprediksi, memerlukan HRD dan organisasi yang lincah dan fleksibel baik dalam menghadapi perubahan itu sendiri maupun dalam melakukan perubahan itu menjadi Iebih baik.
Dari sisi budaya koorporasi, jika budaya koorporasi itu kuat, maka dapat melindungi perusahaan dari terpaan perubahan lingkungannya ( eco system ), tidak mudah bergeming dan jika dia berubah akan dilakukan dengan cara taktis strategis.
Proses bisnis juga sangat diperlukan agar perubahan yang dilakukan masih tetap dalam koridor arah perusahaan dan mudah dilakukan tracking bila diperlukan. Kemudian proses produksi yang berkaitan dengan efesiensi . maka yang paling mengetahui proses tidak efisien tentu dari karyawan-karyawan perusahaan itu, yang setiap hari bergelut dengan pekerjaan operasional di lapangan.
Sementara keberadaan TI saat ini hampir mutlak diperlukan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin tetap eksis di tengah-tengah lingkungan yang cepat mengalami perubahan. Kita mendengar slogan kampanye yang berbunyi : ” lebih cepat lebih baik ”( Bapak Yusuf Kalla, red ) ini adalah suatu bentuk implementasi perubahan manajemen, hal ini merujuk pada teori perubahan yang terdiri dari 7 ( tujuh ) tingkat perubahan atau
"7 ( seven ) Levels of Change" yaitu Effectiveness :
- level 1 -Doing the Right Things, Efficiency
- level 2 -Doing the Things Right, Improving
- level 3 -Doing Things Better, Cutting
- level 4 -Doing Away with Things, Copying
- level 5 -Doing Things Other People Are Doing, Doing Things No One Else Is Doing, dan Impossible
- level 6. -Do Things That Can't Be Done.

Pada level 1, Perubahan yang mendasar dari suatu pengelolaan perusahaan adalah berubah dari mengerjakan yang tidak sejalan dengan aturan menjadi bekerja sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
4 (empat) hal utama sebagai tuntunan perubahan.:
1. lakukan setting prioritas
2. fokus
3. kerjakan yang terpenting
4. berusaha untuk lebih efektif .
Pada level 2, semua pekerjaan dilakukan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, kesempatan berikutnya adalah melakukan perubahan ke arah tindakan efisien, yaitu mengerjakan sesuatu dengan benar terkait dengan orang lain, unit kerja lain, dan before and next process.
Ada 4 ( empat ) batasan pada level perubahan ini,
1. ikuti prosedur internal dan eksternal,
2. pastikan hubungan kerja internal dan eksternal,
3. pahami standar-standar kerja sehingga resiko dapat di kurangi sekecil mungkin
4. dan usahakan untuk lebih efisien .
Pada level 3, bekerja untuk menghasilkan yang lebih baik, ditandai dengan melakukan pemikiran terhadap apa yang dikerjakan, mendengarkan dan mempertimbangkan berbagai usulan dan saran, berusaha mencari jalan untuk memperbaiki sesuatu dan membantu, melatih dan membimbing.
Pada level 4.adalah berusaha mulai keluar dari rutinitas kerja yang dapat menimbulkan kebosanan ( fatigue ) dan berujung pada turunnya produktivitas. perubahan di level ini paling tidak diawali dengan pertanyaan 'Mengapa?', kemudian tidak mengerjakan sesuatu yang tidak 'terukur' dan melakukan 'penyederhanaan' (simplify) terhadap proses-proses kerja dan solusinya.
Pada level 5, mengerjakan sesuatu yang orang lain juga mengerjakannya dengan hasil yang excellence. copy dan terapkan, setelah melalui observasi, lakukan pemikiran sebelum berpikir dan bertindak, membaca dan memahami tentang best practices dari berbagai referensi, berani tampil beda, kadang-kadang perlu dilakukan untuk menunjukkan agility perusahaan. Diawali dengan pertanyaan 'Mengapa Tidak', kita akan bergerak kesuatu perubahan berikutnya di mana orang lain tidak melakukannya. Perubahan yang dilakukan oleh suatu perusahaan di level ini biasanya ditunjukkan dengan menyesuaikan fokus uniform atau tidak' dan berani mengadopsi berbagai teknologi baru.,puncak perubahan melakukan sesuatu yang 'Tidak' mungkin dikerjakan. Kata tidak menjadi suatu tantangan untuk diubah menjadi 'dapat', melalui langkah-langkah identifikasi asumsi-asumsi, munculkan pertanyaan: yang tidak mungkin hari ini, bisa jadi di kemudian hari, alihkan fokus-fokus rutin, munculkan ide-ide "gila" dan lakukan terobosan terhadap aturan-aturan yang mengikat.
Pada level 6, tantangan dalam melakukan perubahan tidak lepas, dari cakupan perubahan itu sendiri,
Ada 3 hal perubahan, yaitu:
• micro changes yaitu perubahan yang mempengaruhi secara individual atau must change
• organizational changes yaitu perubahan yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akibat dari hubungan dengan mitra kerja, dengan serikat karyawan dan sebagainya atau We must change.
• macro changes, yaitu perubahan yang terjadi menimbulkan implikasi global atau "Everyone must change".
Bentuk perubahan tersebut, dihadapkan pada tantangan yang berbeda pula. " tantangan utama yang dihadapi dalam melakukan perubahan adalah resistensi terhadap perubahan karena kemapanan dan rasa aman, serta resiko perubahan akibat tidak ada yang bisa menjamin bahwa perubahan akan menghasilkan output yang lebih baik."
Dari ketidakmampuan membaca dan memahami makna perubahan yang terjadi dan kemampuan menterjemahkan perubahan menjadi suatu strategi untuk mencapai tujuan juga berpengaruh tentunya, sebagai pengambil keputusan harus bisa memanfaatkan kondisi dan peluang dalam menghadapi krisis atau tidak adanya krisis global dalam arti kompetisi untuk berkembang sangat ditentukan oleh integritas pemimpin perusahaan atau negara.sekarang kenbali pada sikap kita mau pilih berubah atau lanjutkan kemapanan atau lanjutkan perubahan itu...lebih cepat lebih baik.
Referensi , HRD portal.

0 komentar:

Posting Komentar

Rekan Alumni yang terhormat,kami admin berusaha lebih mendekatkan info ke ruang pribadi anda.semoga komunitas milis ini sebagai tag additional setelah ruang wicara yang telah berjalan,
Bila kita mau bersaudara..tidak ada kata yang membatasi ruang dan waktu walau hanya 5 (lima) menit kawan.